Lombok Utara, penakeadilan.com — Dalam suasana hangat penuh keakraban, Ketua Bhayangkari Cabang Lombok Utara, Ny. Heny Agus Purwanta, menyuarakan berbagai persoalan mendasar di sektor kesehatan daerah yang menurutnya perlu segera mendapat perhatian serius dari semua pihak — khususnya di kawasan destinasi wisata unggulan seperti Gili Trawangan, Meno, dan Air.
Dalam acara Sosialisasi Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas) yang digelar di Aula RSUD Lombok Utara pada Minggu (3/8/2025), Ny. Heny menyampaikan keprihatinan atas minimnya jumlah dokter spesialis, terbatasnya akses donor darah rutin, serta ketimpangan layanan kesehatan di kawasan wisata yang belum berstandar internasional.
“Memberi insentif besar saja tidak cukup. Kita harus berani membuat terobosan — misalnya melalui pola beasiswa ikatan dinas bagi putra-putri daerah. Kita harus menanam bibit, bukan terus-menerus bergantung,” ungkapnya tegas.
Data yang diungkap menunjukkan bahwa jumlah dokter spesialis di RSUD Lombok Utara masih sangat minim. Beberapa spesialis vital seperti bedah, kandungan, dan psikiatri, masing-masing hanya memiliki satu tenaga ahli. Kondisi ini membuat angka rujukan pasien ke luar daerah sangat tinggi, yang tentu memberatkan masyarakat, baik secara biaya maupun logistik.
Gili Trawangan Tanpa Standar Kesehatan Internasional
Sorotan tajam juga diarahkan ke Gili Trawangan, kawasan wisata unggulan NTB yang menurutnya belum memiliki fasilitas kesehatan dengan standar internasional, meski menyambut ribuan wisatawan asing setiap tahunnya.
“Jika NTB ingin mendunia, maka layanan kesehatannya juga harus mendunia. Kita bisa belajar dari Penang, Malaysia — pariwisata dan kesehatan bisa beriringan, bahkan menjadi daya tarik tersendiri,” jelas Ny. Heny.
Donor Darah: Lebih dari Sekadar Kegiatan Seremonial
Bhayangkari juga menegaskan komitmennya dalam mendukung kegiatan donor darah sebagai langkah nyata untuk membangun budaya hidup sehat.
“Donor darah bukan hanya ritual seremonial. Ini adalah bentuk pengamalan nilai kemanusiaan dalam Pancasila — dan cara konkret memperkuat stok darah serta deteksi dini kesehatan pendonor,” ujarnya.
Tragedi Bayi Alia, Peringatan untuk Semua
Dalam sesi diskusi, Ny. Heny juga menyinggung kasus bayi Alia — seorang balita dengan kelainan genetik akibat pernikahan sedarah yang akhirnya meninggal dunia karena keterbatasan fasilitas medis.
“Ini bukan sekadar tragedi medis. Ini adalah alarm penting. Bhayangkari akan hadir langsung ke masyarakat, mengedukasi risiko pernikahan sedarah. Ini adalah bagian dari tanggung jawab sosial kami.”
Bhayangkari: Menjadi Jembatan Aspirasi di Akar Rumput
Bagi Bhayangkari, mendampingi keluarga Polri bukan hanya soal internal institusi. Ny. Heny menyebut, Bhayangkari hari ini telah menjadi jembatan program pemerintah di tingkat akar rumput, dari edukasi rujukan yang tepat hingga promosi pola hidup sehat.
“Setiap langkah kecil menuju masyarakat sehat adalah langkah besar menuju Lombok Utara yang maju,” tegasnya.
Menghapus Status 3T, Menuju Lombok Utara Maju
Ia juga menyampaikan harapannya agar dalam lima tahun ke depan, angka rujukan medis keluar daerah bisa ditekan secara signifikan. Menurutnya, kerja sama lintas sektor, dukungan masyarakat, dan soliditas Forkopimda menjadi modal besar menghapus status 3T (Tertinggal, Terdepan, dan Terluar) dari Lombok Utara.
“Kami bukan hanya pendengar keluhan masyarakat, tetapi juga penyampai harapan mereka. Dari jagung ketan, petai, hingga senyuman warga desa — semuanya adalah kekuatan untuk terus melangkah.”
Hingga berita ini dipublikasikan, Kepala Dinas Kesehatan Lombok Utara belum memberikan tanggapan resmi terkait berbagai masukan tersebut.
Reporter: HSH |
Redaksi: penakeadilan.com
Tanggal: Selasa, 5 Agustus