Jelang MotoGP 2025, LSM Alarm NTB Gelar Diskusi Publik: Budaya Ramah dan Pariwisata Aman Jadi Sorotan

Lombok Tengah – Menjelang gelaran akbar MotoGP 2025 di Pertamina Mandalika International Circuit, Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) The Mandalika, perhatian terhadap citra pariwisata NTB kian menguat. Di tengah euforia tersebut, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Aliansi Rakyat Menggugat (Alarm) NTB mengambil langkah strategis dengan menggelar Diskusi Publik bertema “Melestarikan Budaya Ramah Melalui Event MotoGP Serta Meningkatkan Citra Pariwisata yang Aman dan Nyaman”, Rabu (6/8/2025) di Talk Coffee Praya, Lombok Tengah.

Acara ini tak hanya menjadi wadah diskusi, namun juga menjadi ruang refleksi bersama bagi aktivis, penggiat pariwisata, tokoh pemuda, dan berbagai elemen masyarakat dari penjuru Pulau Lombok untuk mengawal momentum MotoGP sebagai ajang promosi budaya dan destinasi unggulan daerah.

Diskusi dibuka secara resmi oleh Sekretaris Daerah Lombok Tengah, H. Lalu Firman Wijaya, ST., MT., yang menekankan pentingnya keamanan dan kenyamanan dalam pengembangan sektor pariwisata. “Pariwisata itu seperti telur muda, sangat sensitif. Satu insiden saja bisa berdampak besar hingga memicu negara lain mengeluarkan travel warning,” ungkapnya.

Menurut Firman, kunjungan wisatawan di era sekarang merupakan kebutuhan tersier yang menuntut kenyamanan tinggi. “Wisatawan datang untuk menikmati, bukan menyelesaikan masalah. Maka tugas kita adalah menciptakan lingkungan yang aman dan menyenangkan, bukan justru sebaliknya,” katanya.

Tak hanya itu, ia juga menyoroti perlunya sikap ramah dari masyarakat lokal sebagai tuan rumah, demi menjaga citra budaya Sasak yang terkenal dengan adat dan keramahan. Ia bahkan mengungkapkan pengalaman pahit di awal pelaksanaan MotoGP dan WSBK sebelumnya, di mana permainan harga dan penipuan reservasi hotel sempat mencoreng nama daerah.

“Saya pernah temui kasus, wisatawan sudah booking kamar jauh-jauh hari lewat aplikasi. Tapi pas datang, kamarnya sudah dijual ke orang lain. Ini jadi pelajaran berharga. Kita jangan hanya kejar keuntungan jangka pendek, tapi abai pada pelayanan yang manusiawi,” ujar Firman.

Pemda, lanjutnya, kini telah membentuk Satgas khusus untuk menangani persoalan akomodasi dan transportasi agar kejadian serupa tidak terulang. “Kita ingin masyarakat Lombok bisa bersaing sehat, bukan membuka ruang monopoli. Persaingan yang sehat akan membangun ekosistem pariwisata yang berkelanjutan,” tegasnya.

Diskusi yang dipandu langsung oleh Ketua LSM Alarm NTB, Lalu Muhammad Hizzi, turut menghadirkan dua narasumber utama: Direktur Le-SA Demarkasi NTB, Hasan Masat, dan Kabid SDA dan Ekonomi Kreatif Dinas Pariwisata Lombok Tengah, Lalu Imam Mahardika.

Hasan Masat menyoroti perlunya sinergi lintas sektor agar budaya lokal tidak sekadar menjadi pajangan dalam event internasional, tetapi benar-benar menjadi roh dari layanan wisata NTB. Sementara itu, Lalu Imam Mahardika memaparkan langkah-langkah konkret pemerintah daerah dalam menata sektor pariwisata berbasis masyarakat dan budaya.

Diskusi berlangsung dinamis, dipenuhi ide-ide konstruktif dari peserta yang menekankan perlunya edukasi berkelanjutan kepada masyarakat, transparansi dalam pengelolaan event, serta kesiapan mental dan etika dalam menerima tamu dari berbagai penjuru dunia.

Melalui diskusi ini, LSM Alarm NTB menegaskan bahwa MotoGP 2025 bukan semata tentang kecepatan di lintasan, melainkan tentang mempercepat langkah daerah dalam memperkuat identitas, pelayanan, dan wajah pariwisata NTB yang ramah dan profesional.

Red

Bagikan: